Rabu, 29 Agustus 2012
Membuat Pestisida alami dari daun tomat
20.01 |
Diposting oleh
Unknown
Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk.
Cara membuatnya sebagai berikut:
Pertama, ambil daun tomat kira-kira seberat 1 (satu) kilogram. Pakai sarung tangan ketika memetik daun tomat.
Kedua, daun tomat dimasak dalam 2 (dua) liter air selama 30 menit.
Ketiga, tambahkan lagi potongan-potongan daun tomat, batang tomat, dan buah tomat sebanyak 2 (dua) genggam, dan tambahkan pula 2 (dua) liter air. Aduk bahan-bahan tersebut, lalu biarkan selama 6 jam (1/2 hari).
Keempat, disaring dan tambahkan 1/4 batang sabun. Cairan telah bisa digunakan sebagai insektisida dan fungisida alami.
Semprotkan cairan ini setiap 2 (dua) hari sekali bila jumlah serangga pengganggu cukup banyak.
Hati-hati
- DAUN TOMAT KETIKA DIPAKAI SEBAGAI INSEKTISIDA DAN FUNGISIDA BERSIFAT RACUN BAGI MANUSIA.
- ADA UNSUR KIMIA YANG TERKANDUNG DALAM DAUN TOMAT MENJADI JAUH LEBIH PEKAT KONSENTRASINYA.
- KANDUNGAN UNSUR KIMIANYA ADALAH SENYAWA ALKALOID YANG DISEBUT ‘TOMATINE’ YANG TERDAPAT PADA DAUN DAN BATANG TOMAT.
- RACUN INI DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN PENCERNAAN YANG SERIUS.
- GUNAKAN SARUNG TANGAN, PENUTUP HIDUNG, PENUTUP MULUT KETIKA MEMETIK, MEMASAK, MENYARING, DAN MENYEMPROTKAN BAHAN INSEKTISIDA DAUN TOMAT INI.
Label:
Pestisida
|
0
komentar
Cara Mudah Membuat Kompos
19.51 |
Diposting oleh
Unknown
Karena
volume yang terus meninggi, lahan TPA (tempat pembuangan akhir sampah)
cepat habis. Dan untuk memperluasnya tidaklah mudah. Reaksi warga di
sekitar TPA juga keras ketika mendengar ada rencana perluasan.
Mencari lahan TPA baru, terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa lebih sulit lagi. Warga sekitar dengan keras selalu menolaknya. Mereka tidak rela bila pemukiman berdekatan dengan tumpukan sampah. Ya.. siapa yang mau hidup di lingkungan yang hampir tiap hari menghirup udara busuk.
Ada satu cara untuk menanggulangi makin menggunungnya sampah. Jika setiap rumah tangga memanfaatkan sampah organiknya untuk pupuk alami (kompos) bisa dihitung berapa pengurangan volume sampah yang terjadi.
Membuat pupuk kompos sendiri dari sampah organik tidaklah sulit. Berikut ini adalah cara membuat kompos.
1. Kompos Jadi Siap Pakai
Kompos alami banyak terdapat di lahan-lahan yang sebelumnya menjadi tempat pembangan sampah organik. Untuk mendapatkannya :
- Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah
- Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk
- Jemur sampai kering, lalu ayak
- Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.
Bahan:
- 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage)
- 6,5 m3 kulit buah kopi
- 750 kg kotoran ternak memamah biak (± 50 kaleng ukuran 20 liter)
- 30 kg abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat
- Buatlah bak pengomposan dari bak semen. Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan.
- Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m (panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak.
- Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi dengan abu.
- Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 - 5 hari, lalu segera menurun lagi.
- Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat proses pengomposan.
- 2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 -3 bulan kompos sudah cukup matang.
- Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja.
- Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro ataulainnya.
2. Kompos Sistem Bogor
Bahan :
Bahan :
- Sampah mudah lapuk (garbage)
- Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak.
- Kotoran ternak memamah biak
- Abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat:
- Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter.
- Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi tipis-tipis dan merata.
- Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm.
- Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak.
- Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal ± 10 cm.
- Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan 60 hari.
- Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang.
- Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses pengomposan.
3. Kompos Sistem Terowongan Udara
Membuat kompos dengan sistem terowongan udara, yaitu dengan menumpukkan daun-daun, potongan rumput dan bahan lain di atas segitiga panjang yang terbuat dari bambu atau kayu.
Bahan :
- Daun, rumput
- Sampah organik
Cara membuat:
- Buat terowongan segitiga.
- Terowongan udara terbuat dari bambu atau kayu berukuran kira kira : tinggi 20 cm, panjang 1.5 - 2 meter. Buatlah dua buah dan letakkan berdampingan.
- Tumpuklah daun dan bahan yang lain diatas satu terowongan udara & biarkan yang satunya.
- Tambahkan bahan & siram dengan air secara teratur setiap hari agar tumpukan tetap lembab.
- Setelah bagian bawah mulai menghitam (seperti tanah), baliklah tumpukan keatas terowongan udara yang satunya. Tumpuk bahan yang baru di atas terowongan yang lama.
- Jaga kelembaban tumpukan dengan menyiramnya secara teratur & biarkan sampai menjadi kompos (kira-kira 6 minggu atau warnanya kehitaman semua).
- Setelah bahannya menjadi kompos, bisa digunakan untuk kebun. Ulangi lagi proses diatas, supaya anda selalu punya kompos.
- Kompos yang anda buat sendiri ini bisa digunakan untuk kesuburan tanah dan kesehatan tanaman anda.
4. Kompos Rumah Tangga
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses penguraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban.
Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses penguraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban.
Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.
- Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic.
- Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.
- Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.
Cara Membuat
- Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
- Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
- Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
- Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
- Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
- Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
- Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.
Label:
Pupuk Tanaman
|
0
komentar
10 Jenis Buah dan Sayur yang Paling Tercemar Pestisida
19.39 |
Diposting oleh
Unknown
Beberapa jenis buah-buahan dan sayuran yang paling sering dikonsumsi
diketahui mengandung bahan-bahan kimia dari pestisida. Setidaknya ada
10 jenis buah dan sayur yang sering ditemui sehari-hari berbahaya buat
tubuh karena paparan pestisidanya.
Berikut buah dan sayur yang dianggap oleh Departemen Pertanian serta Badan Administrasi Obat dan Pangan (FDA) Amerika yang tercemar pestisida seperti dilansir dari ivillage, Senin(26/3/2012):
1. Strobery
Mengapa stroberi berisiko? "Stroberi adalah jenis buah yang tumbuh dekat
dengan tanah, tempat dimana serangga hidup," kata Chensheng (Alex) Lu,
Ph.D., asisten profesor Biologi paparan lingkungan, Harvard.
Oleh karenanya petani menggunakan pestisida untuk membasmi serangga tersebut. Untuk memperpanjang umur simpan, petani juga menggunakan fungisida, bahkan setelah panen.
Untuk mengurangi bahaya pestisida pada stroberi, belilah stroberi organik. Sebuah studi pada tahun 2008 di Emory University dan University of Washington menemukan bahwa kadar pestisida tertentu turun menjadi tidak terdeteksi dalam urine anak-anak yang beralih ke sayuran dan buah organik.
"Sertifikasi organik menjamin kadar pestisida lebih sedikit dan jumlahnya lebih rendah," kata Anne Riederer, Sc.D., peneliti di Emory.
2. Seledri
Seledri memerlukan waktu berbulan-bulan untuk tumbuh sehingga seledri akan terkena pestisida dalam periode waktu yang lama. Tidak seperti brokoli, yang dinaungi oleh daun besar di semak-semak besar, seledri tidak terlindungi dari pestisida.
Untuk mengurangi bahaya pestisida pada seledri, belilah seledri organik atau seledri yang dijual di pasar-pasar. "Seledri yang dijual di pasar biasanya berasal dari petani kecil yang tidak mampu atau memilih untuk tidak menggunakan pestisida mahal," kata Lu.
Bisa juga menurut Environmental Working Group (EWG) untuk mencoba alternatif sayuran hijau lainnya yang lebih bersih, seperti alpukat dan asparagus, yang keduanya memiliki daya serap yang rendah terhadap pestisida.
3. Buah Persik
Untuk meningkatkan produksi, petani menggunakan pestisida pada tanaman yang rentan terhadap serangga, seperti buah persik. Buah persik berkulit sangat tipis, yang membuatnya mudah dimasuki serangga dan pestisida.
Petani ingin mencegah penyakit yang dapat mengurangi jumlah produksi buah persik dengan menggunakan pestisida. Pada bulan Agustus tahun 2009, Chicago Tribune melaporkan bahwa penyelidikan USDA menunjukkan lebih dari 50 senyawa pada pestisida didapati pada buah persik domestik maupun impor.
"Jika Anda penyuka buah persik, belilah yang organik terutama jika Anda sedang hamil atau memiliki anak yang usianya di bawah 6 tahun," kata Riederer.
Menurut EWG alternatif lain, buah yang manis dengan tekstur serupa, cobalah buah plum yang biasanya lebih sedikit menyerap pestisida.
4. Apel
Perusahaan Kimia membuat pestisida khusus untuk apel karena buah ini sangat populer dan banyak ditanam.
Untuk mengurangi bahaya pestisida pada apel, belilah apel organik lalu gosok sampai bersih dan kupas kulitnya sebelum dimakan. "Ketika membeli apel organik, jangan terlalu terpaku pada penampilan," kata Lu. Mungkin saja tidak terlihat sebagus apel biasa karena apel organik tumbuh tanpa pestisida, sehingga lebih baik untuk dikonsumsi.
5.Blueberry
Blueberi, sebagian besar tumbuh di Amerika Utara. Buah ini sangat rentan terhadap hama karena kulitnya sangat rapuh. Pestisida yang digunakan petani akan masuk ke daging buah.
"Jangan membekukan blueberi karena pembekuan akan mempertahankan pestisida. Meskipun beberapa pestisida lama-kelamaan memudar, itu tidak akan terjadi di dalam freezer," kata Lu.
Jika Anda ingin mengonsumsi bluberi, belilah dari petani lokal organik atau dari petani yang tidak menggunakan pestisida, dan cuci sampai bersih. Buah-buahan seperti blueberi dan stroberi secara umum, cenderung lebih rentan terhadap pestisida dibandingkan buah lain seperti kiwi dan pisang karena kulitnya yang tipis.
6. Paprika Manis
Paprika berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, paprika manis adalah bentuk matang dari varietas paprika hijau yang lebih pahit. Paprika manis yang sudah dewasa memerlukan waktu yang lama dan terpapar pestisida lebih banyak daripada paprika hijau.
Untuk mengurangi bahaya pestisida pada paprika manis, cobalah yang organik atau membeli dari petani pasar atau pilihlah paprika hijau.
7. Bayam
Karena daunnya tumbuh di atas tanah, bayam memiliki banyak permukaan
terbuka yang akan disemprot dengan pestisida. Sehingga sulit membunuh
bakteri pada bayam. Belilah bayam yang organik agar risiko pestisida
saat mengonsumsi bayam dapat dicegah.
8. Buah Cerry
Buah ceri tersembunyi di balik daun untuk tetap aman dari lalat buah dan ngengat, tapi petani cenderung menggunakan bahan kimia untuk mendapatkan hasil panen yang baik. Satu-satunya cara untuk mencegah pestisida masuk melalui buah ceri adalah dengan membeli buah ceri organik.
9. Kentang
Hanya karena kentang tumbuh di bawah tanah, tidak berarti mereka aman dari pestisida "Kami menemukan pestisida di bawah tanah sayuran. Mereka mengambil itu dari daun atau tanah di sekitar mereka," kata Riederer.
Biasanya pada awal musim tanam, petani menyuntikkan pestisida ke dalam tanah. Jika petani menanam pada skala yang sangat kecil, mungkin tidak perlu banyak bahan kimia. Carilah kentang yang ditanam oleh perkebunan lokal kecil atau coba ubi jalar, yang merupakan sayuran terbersih yang telah diuji oleh EWG.
10. Anggur
Anggur lunak dan berkulit tipis sangat rentan terpapar pestisida. Untuk mengusir ngengat anggur dan hama lainnya, petani sering beralih ke pestisida. Hindarilah anggur impor, kecuali yang ditanam secara organik.
Sumber :DetikHealth
Berikut buah dan sayur yang dianggap oleh Departemen Pertanian serta Badan Administrasi Obat dan Pangan (FDA) Amerika yang tercemar pestisida seperti dilansir dari ivillage, Senin(26/3/2012):
1. Strobery
Oleh karenanya petani menggunakan pestisida untuk membasmi serangga tersebut. Untuk memperpanjang umur simpan, petani juga menggunakan fungisida, bahkan setelah panen.
Untuk mengurangi bahaya pestisida pada stroberi, belilah stroberi organik. Sebuah studi pada tahun 2008 di Emory University dan University of Washington menemukan bahwa kadar pestisida tertentu turun menjadi tidak terdeteksi dalam urine anak-anak yang beralih ke sayuran dan buah organik.
"Sertifikasi organik menjamin kadar pestisida lebih sedikit dan jumlahnya lebih rendah," kata Anne Riederer, Sc.D., peneliti di Emory.
2. Seledri
Seledri memerlukan waktu berbulan-bulan untuk tumbuh sehingga seledri akan terkena pestisida dalam periode waktu yang lama. Tidak seperti brokoli, yang dinaungi oleh daun besar di semak-semak besar, seledri tidak terlindungi dari pestisida.
Untuk mengurangi bahaya pestisida pada seledri, belilah seledri organik atau seledri yang dijual di pasar-pasar. "Seledri yang dijual di pasar biasanya berasal dari petani kecil yang tidak mampu atau memilih untuk tidak menggunakan pestisida mahal," kata Lu.
Bisa juga menurut Environmental Working Group (EWG) untuk mencoba alternatif sayuran hijau lainnya yang lebih bersih, seperti alpukat dan asparagus, yang keduanya memiliki daya serap yang rendah terhadap pestisida.
3. Buah Persik
Untuk meningkatkan produksi, petani menggunakan pestisida pada tanaman yang rentan terhadap serangga, seperti buah persik. Buah persik berkulit sangat tipis, yang membuatnya mudah dimasuki serangga dan pestisida.
Petani ingin mencegah penyakit yang dapat mengurangi jumlah produksi buah persik dengan menggunakan pestisida. Pada bulan Agustus tahun 2009, Chicago Tribune melaporkan bahwa penyelidikan USDA menunjukkan lebih dari 50 senyawa pada pestisida didapati pada buah persik domestik maupun impor.
"Jika Anda penyuka buah persik, belilah yang organik terutama jika Anda sedang hamil atau memiliki anak yang usianya di bawah 6 tahun," kata Riederer.
Menurut EWG alternatif lain, buah yang manis dengan tekstur serupa, cobalah buah plum yang biasanya lebih sedikit menyerap pestisida.
4. Apel
Perusahaan Kimia membuat pestisida khusus untuk apel karena buah ini sangat populer dan banyak ditanam.
Untuk mengurangi bahaya pestisida pada apel, belilah apel organik lalu gosok sampai bersih dan kupas kulitnya sebelum dimakan. "Ketika membeli apel organik, jangan terlalu terpaku pada penampilan," kata Lu. Mungkin saja tidak terlihat sebagus apel biasa karena apel organik tumbuh tanpa pestisida, sehingga lebih baik untuk dikonsumsi.
5.Blueberry
Blueberi, sebagian besar tumbuh di Amerika Utara. Buah ini sangat rentan terhadap hama karena kulitnya sangat rapuh. Pestisida yang digunakan petani akan masuk ke daging buah.
"Jangan membekukan blueberi karena pembekuan akan mempertahankan pestisida. Meskipun beberapa pestisida lama-kelamaan memudar, itu tidak akan terjadi di dalam freezer," kata Lu.
Jika Anda ingin mengonsumsi bluberi, belilah dari petani lokal organik atau dari petani yang tidak menggunakan pestisida, dan cuci sampai bersih. Buah-buahan seperti blueberi dan stroberi secara umum, cenderung lebih rentan terhadap pestisida dibandingkan buah lain seperti kiwi dan pisang karena kulitnya yang tipis.
6. Paprika Manis
Paprika berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, paprika manis adalah bentuk matang dari varietas paprika hijau yang lebih pahit. Paprika manis yang sudah dewasa memerlukan waktu yang lama dan terpapar pestisida lebih banyak daripada paprika hijau.
Untuk mengurangi bahaya pestisida pada paprika manis, cobalah yang organik atau membeli dari petani pasar atau pilihlah paprika hijau.
7. Bayam
8. Buah Cerry
Buah ceri tersembunyi di balik daun untuk tetap aman dari lalat buah dan ngengat, tapi petani cenderung menggunakan bahan kimia untuk mendapatkan hasil panen yang baik. Satu-satunya cara untuk mencegah pestisida masuk melalui buah ceri adalah dengan membeli buah ceri organik.
9. Kentang
Hanya karena kentang tumbuh di bawah tanah, tidak berarti mereka aman dari pestisida "Kami menemukan pestisida di bawah tanah sayuran. Mereka mengambil itu dari daun atau tanah di sekitar mereka," kata Riederer.
Biasanya pada awal musim tanam, petani menyuntikkan pestisida ke dalam tanah. Jika petani menanam pada skala yang sangat kecil, mungkin tidak perlu banyak bahan kimia. Carilah kentang yang ditanam oleh perkebunan lokal kecil atau coba ubi jalar, yang merupakan sayuran terbersih yang telah diuji oleh EWG.
10. Anggur
Anggur lunak dan berkulit tipis sangat rentan terpapar pestisida. Untuk mengusir ngengat anggur dan hama lainnya, petani sering beralih ke pestisida. Hindarilah anggur impor, kecuali yang ditanam secara organik.
Sumber :DetikHealth
Label:
Pestisida
|
0
komentar
Mesin Pencacah Sampah Organik
19.09 |
Diposting oleh
Unknown
Spesifikasi :
Type : APO 1200
Cara Penghancuran : Pemotongan
Sistem Pengeluaran : 3 Buah Besi Plat Pelontar
Transmisi : Puli Diameter 177 mm dan V-Belt B 50 ( 2 buah )
Jenis Kerangka : Besi Siku 50 x 50 mm
Jenis Pisau Pencacah : Baja Karbon dengan sistem Knock Down
Sistem Transportasi : 4 buah roda besi dengan handle kemudi
Panjang : 1210 – 1570 mm
Lebar : 710 mm
Tinggi : 1170 mm
Bobot tanpa penggerak : 154,6 kg
Panjang Drum : 720 mm
Diameter Drum : 450 mm
Jumlah Baris Pisau : 6 Baris
Jumlah Pisau : 36 Pisau
Daya Mesin Penggerak : 8 HP atau 11 HP
Putaran silinder penghancur : 1480 – 1700 rpm
Kapasitas : 800 – 1200 kg/jam
Konsumsi Bahan Bakar : 1,9 – 2,8 L/jam
Efisiensi penghancuran : 90 – 95 %
Keunggulan :
> Bentuk yang ringkas dan sederhana
> Sangat mudah dioperasikan
> Getaran mesin yang kecil
> Hasil cacahan maksimum dengan potongan < 70 mm, halus dan cenderung bertepung sehingga mudah dihancurkan dengan proses fermentasi untuk pupuk organik
> Mampu mencacah daun, ranting, sabut kelapa, dan jerami dari berbagai jenis sampah pertanian yang dapat digunakan untuk pupuk organik
> Pisau mempunyai ketajaman dan kekerasan tinggi sehingga lebih awet walaupun digunakan mencacah bahan organik agak keras dan berumur teknis panjang.
Call Support :
» Phone : (0274) 6945 660
» Phone : (0274) 4360 789
» Telkomsel : 081-22-77-999-12
» Indosat : 08574-33-666-88
» XL : 0878-91-20-20-10
Fax : (0274) 4360 789
Type : APO 1200
Cara Penghancuran : Pemotongan
Sistem Pengeluaran : 3 Buah Besi Plat Pelontar
Transmisi : Puli Diameter 177 mm dan V-Belt B 50 ( 2 buah )
Jenis Kerangka : Besi Siku 50 x 50 mm
Jenis Pisau Pencacah : Baja Karbon dengan sistem Knock Down
Sistem Transportasi : 4 buah roda besi dengan handle kemudi
Panjang : 1210 – 1570 mm
Lebar : 710 mm
Tinggi : 1170 mm
Bobot tanpa penggerak : 154,6 kg
Panjang Drum : 720 mm
Diameter Drum : 450 mm
Jumlah Baris Pisau : 6 Baris
Jumlah Pisau : 36 Pisau
Daya Mesin Penggerak : 8 HP atau 11 HP
Putaran silinder penghancur : 1480 – 1700 rpm
Kapasitas : 800 – 1200 kg/jam
Konsumsi Bahan Bakar : 1,9 – 2,8 L/jam
Efisiensi penghancuran : 90 – 95 %
Keunggulan :
> Bentuk yang ringkas dan sederhana
> Sangat mudah dioperasikan
> Getaran mesin yang kecil
> Hasil cacahan maksimum dengan potongan < 70 mm, halus dan cenderung bertepung sehingga mudah dihancurkan dengan proses fermentasi untuk pupuk organik
> Mampu mencacah daun, ranting, sabut kelapa, dan jerami dari berbagai jenis sampah pertanian yang dapat digunakan untuk pupuk organik
> Pisau mempunyai ketajaman dan kekerasan tinggi sehingga lebih awet walaupun digunakan mencacah bahan organik agak keras dan berumur teknis panjang.
Call Support :
» Phone : (0274) 6945 660
» Phone : (0274) 4360 789
» Telkomsel : 081-22-77-999-12
» Indosat : 08574-33-666-88
» XL : 0878-91-20-20-10
Fax : (0274) 4360 789
Label:
Mesin Pertanian
|
0
komentar
Pembuatan Kompos Dari Sampah Rumah Tangga
19.05 |
Diposting oleh
Unknown
Pembuatan kompos dari sampah rumah tangga bisa jadi peluang bisnis untuk Anda.Sampah Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik. Sampah organik dibagi dua yaitu :
Sampah anorganik yang dapat didaur ulang misalnya :
Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Pembuatan Kompos Mendaur Ulang Sampah Dapur Rumah Tanggga
Alternatif 1 :
Siapkan :
1. Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur) Contohnya :
tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel,
labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka,
daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah
dari kebum (rumput, daun-daun kering/basah) .
2. Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll.Sampah anorganik yang dapat didaur ulang misalnya :
Kemasan-kemasan plastik untuk dijadikan tas.
Botol plastik bekas dapat dibuat menjadi tutup gelas.
Gelas plastik bekas dapat dibuat pot-pot tanaman
Sampah yang bersih dapat dijual/diberikan pada pemulung. Misalnya
karton, kardus, styrofoam, besek, botol, plastik-plastik kemasan
makanan, kantong-kantong plastik, koran, majalah, kertas-kertas, dan
sebagainya. Jenis-jenis yang bersih ini pisahkan dalam satu kantong,
langsung saja diberikan pada pemulung tanpa dibuang ke bak sampah
terlebih dahulu.Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Pembuatan Kompos Mendaur Ulang Sampah Dapur Rumah Tanggga
Alternatif 1 :
Siapkan :
1. Kardus
2. Bantalan yang dibuat dari sabut kelapa yang dibungkus dengan kasa nyamuk plastik
3. 5-6 kg kompos yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan
4. Sampah yang telah dipotong-potong ukuran 2 - -4 cm
5. Alat pengaduk
6. Karung plastik yang berpori-pori (untuk membungkus kardus) atau keranjang tempat cucian baju kotor (takakura).
Cara membuat :
1. Letakkan bantalan sabut kelapa diatas adukan kompos + sampah
2. Lakukan lapis demi lapis sampai kardus penuh. Kardus disimpan
di dalam keranjang (takakura) atau bungkus dengan karung plastik yang
berpori. Letakkan ditempat yang tidakterkena hujan dan terik matahari.
Setiap 3-4 hari dibuka dan diaduk-aduk, lakukan terus sampai seluruh
sampah menjadi hitam, hancur.
3. Sampah telah berubah menjadi kompos siap pakai/dijual. (untuk dijual, diayak terlebih dahulu). Jika kardus pertama penuh, buatlah kardus kedua, dst.
Alternatif 2 :
1. Wadah drum, ember p lastik atau gentong
2. Wadah diberi lubang didasarnya untuk pertukaran udara
3. Bahan sampah yang dipotong 2 – 4 cm
4. Mikroorganisma pengurai sebagai aktivator. Contohnya EM-4,
Starbio, Temban. Bahan-bahan ini bisa diganti dengan kompos dari
tumbuh-tumbuhan.
5. Air
6. Alat pengaduk.
Pembutan Kompos :- Bahan sampah dimasukkan didalam wadah selapis, kemudian ditambahkan kompos atau mikroorganisma pengurai
- Lakukan terus menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh
- Disiram dengan air secara merata
Label:
Pupuk Tanaman
|
0
komentar
Teknologi pembuatan bokasi secara praktis
19.02 |
Diposting oleh
Unknown
Latar Belakang
Pembangunan pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini
banyak dilakukan untuk menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas
dari bahan-bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Pembangunan
pertanian alami ini semula hanya menerapkan sistem pertanian organik,
tetapi ternyata hasilnya hanya sedikit. Dalam tahun 1980-an, Prof Dr.
Teruo Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive Mikroorganisms pada
praktek pertanian alami tersebut. Teknologi EM ini telah dikembangkan
dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan
mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan
bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokashi sebagai salah satu
pupuk organik, bahan EM meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokashi tersebut adalah sebagai berikut:
- memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman
- memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah
- meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman
- menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik
- meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk
Berbicara mengenai masalah penurunan produksi, tentunya bukan saja
menjadi masalah petani atau masyarakat, tetapi juga merupakan masalah
bagi pemerintah daerah dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan dan
ekonomi rakyat. Hal ini seyogyanya harus menjadi bahan pemikiran bagi
pemerintah daerah dalam mengatasinya secara bijak.
Untuk dapat mengatasi hal tersebut, pada tahun anggaran 2003 ini
Pemda Kabupaten BONE BOLANGO secara khusus mengalokasikan dananya
melalui Proyek Peningkatan Produksi Padi Palawija dan Sayuran. Pada
kegiatan Proyek ini terdapat pertemuan teknis yang berisikan materi
pengaruh penggunaan pupuk bokashi terhadap produksi padi palawija dan
sayuran, dan materi tehnik pembuatan bokashi. Kegiatan ini tentunya
bertujuan untuk menambah wawasan dan keterampilan petani dalam masalah
penggunaan pupuk bokasi secara praktis di lapangan.
Manfaat Bokashi
Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian,
khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah
dan mudah bagi petani. Tehnologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan
dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan
pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian.
Penggunaan
pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan
pada pertanian saat ini. Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan
jerami, pupuk kandang, samapah organik, dll) hasil fermentasi dengan
teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan
pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokashi
merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap
dipakai dalam waktu singkat. Selain itu pembuatan pupuk bokashi biaya
murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija,
sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman.
Bahan dan Cara Pembuatan Bokashi
a.Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang
- Bahan-bahan untuk ukuran 500 kg bokashi :
1.
Pupuk kandang
=
300 kg
2.
Dedak
=
50 kg
3.
Sekam padi
=
150 kg
4.
Gula yang telah dicairkan
=
200 ml
5.
EM-4
=
500 ml
6.
Air secukupnya
- Cara Pembuatannya :
1. Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air
2. Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak dicampur secara merata
3. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %
4. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah (megar)
5. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm
6. Kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari
7. Petahankan gundukan adonan maksimal 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik
8. Kemudian tutp kembali dengan karung goni
9. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan
10. Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali
11. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik
b. Pembuatan Bokashi Jerami Padi
- Bahan-bahan untuk ukuran 1000 kg bokashi :
1.
Jerami padi yang telah dihaluskan
=
500 kg
2.
Pupuk kotoran hewan/pupuk kandang
=
300 kg
3.
Dedak halus
=
100 kg
4.
Sekam/Arang Sekam/Arang Kelapa
=
100 kg
5.
Molase/Gula pasir/merah
=
1 liter/250 gr
6.
EM-4
=
1 liter
7.
Air secukupnya
- Cara Pembuatannya:
Membuat larutan gula dan EM-4
1. Sediakan air dalam ember sebanyak 1 liter
2. Masukan gula putih/merah sebanyak 250 gr kemudian aduk sampai rata
3. Masukan EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian aduk hingga rata.
Membuat pupuk bokashi
1. Bahan-bahan tadi dicampur (jerami, pupuk kandang, arang sekam dan dedak) dan aduk sampai merata
2. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran
bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %
3. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan masih tampak menggumpal
4. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm
5. Kemudian ditutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari
6. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan
agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan
suhunya dengan cara membolak balik
7. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan
8. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
Label:
Pupuk Tanaman
|
0
komentar
Cara Pembuatan 1 Ton Bokashi Pupuk Kandang
19.01 |
Diposting oleh
Unknown
CARA PEMBUATAN 1 TON BOKASHI PUPUK KANDANG
Bahan :
K (EM-5)
Bahan :
Molas / tetes atau gula 100 ml/0.5 ons, EM-4 100 ml, cuka makan / cuka aren 100 ml, alkohol (40%) 100 ml, air cucian beras yang pertama 1000 ml.
Cara membuat :
Kelima bahan dicampur dan dimasukkan ke dalam botol / jirigen yang ada tutupnya. DIkocok setiap pagi dan sore hari. Buka tutup botol / jirigen untuk membebaskan gas yang terbentuk selama proses fermentasi berlangsung. Kurang lebih 15 hari pengocokan dihentikan (setelah tidak ada gas yang terbentuk), biarkan lagi selama 7 hari.
Dosis :
Campurkan EM-4 sebanyak 5-10 ml/liter air. Larutan EM5 sebaiknya disemprotkan pada sore hari menjelang matahari terbenam.
Khasiatnya :
Untuk menekan serangan hama dan penyakit pada tanaman pertanian.
Bahan :
- Pupuk kandang 800 kg
- Dedak 50 kg
- Sekam 150 kg
- Gula 1/4 atau Molase 1/2 liter
- EM-4 1 liter
- Air secukupnya (kadar air 30 - 40 %)
- Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air.
- Pupuk kandang, sekam dan dedak dicampur secara merata.
- Siramkan larutan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan dilepas maka adonan akan segar.
- Adonan digundukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung gono selama 3-5 hari.
- Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 oC, bukalah karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukkan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam.
- Setelah 4 hari, BOKASHI telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
K (EM-5)
Bahan :
Molas / tetes atau gula 100 ml/0.5 ons, EM-4 100 ml, cuka makan / cuka aren 100 ml, alkohol (40%) 100 ml, air cucian beras yang pertama 1000 ml.
Cara membuat :
Kelima bahan dicampur dan dimasukkan ke dalam botol / jirigen yang ada tutupnya. DIkocok setiap pagi dan sore hari. Buka tutup botol / jirigen untuk membebaskan gas yang terbentuk selama proses fermentasi berlangsung. Kurang lebih 15 hari pengocokan dihentikan (setelah tidak ada gas yang terbentuk), biarkan lagi selama 7 hari.
Dosis :
Campurkan EM-4 sebanyak 5-10 ml/liter air. Larutan EM5 sebaiknya disemprotkan pada sore hari menjelang matahari terbenam.
Khasiatnya :
Untuk menekan serangan hama dan penyakit pada tanaman pertanian.
Label:
Pupuk Tanaman
|
0
komentar
Pupuk Organik Urine Sapi
19.00 |
Diposting oleh
Unknown
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam
dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat
dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat
penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti
produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang
berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi.
Salah satu hasil pemikiran mengenai peningkatan kemampuan tanah adalah
revolusi hijau yang dikembangkan di Indonesia pada awal 1970-an atau
tepatnya pada tahun 1968 dengan dikenal dengan program BIMAS yang telah
mampu mengubah sikap petani dari anti teknologi menjadi sikap mau
memanfaatkan teknologi pertanian modern, seperti pupuk kimia,
obat-obatan perlindungan dari hama dan bibit unggul. Pada dasarnya
penggunaan teknologi tersebut ditujukan untuk meningkatkan produktivitas
tanah
Dari berbagai akibat penggunaan pupuk kimia tersebut masalah yang timbul antara lain :
1) Tanaman menjadi sangat rawan terhadap hama, meskipun produktivitasnya tinggi namun tidak memiliki ketahanan terhadap hama,
2) Penurunan daya kreasi terhadap petani yang diindikasikan
dengan hilangnya pengetahuan lokal dalam mengelola lahan pertanian dan
ketergantungan petani terhadap paket teknologi pertanian produk
industri.
Macam Sumber Urine :
1 1, Urine Manusia
2 2, Urine Kelinci
3 3, Urine kambing
4 4, Urine Sapi dll
Potensi Urine Sapi
1 Urine sapi = 15 – 20 ltr/hari
2 Mengandung unsur mikro dan makro lengkap
Perbedaan Pupuk
1 Pupuk anorganik memiliki jumlah hara yang tinggi
(namun hanya memiliki jenis unsur hara yang terbatas )
2 Pupuk organik sangat kaya jenis unsur hara (Makro dan Mikro)
(namun dalam jumlah yang sedikit.)
Pupuk Organik Cair urin sapi
1 Merupakan pupuk yang berbentuk cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting guna kesuburan tanah.
Tujuan yang ingin dicapai
1. Menjelaskan kelebihan urin sapi sebagai bahan baku pupuk organik cair
2. Menjelaskan kelemahan urin sapi jika langsung dijadikan pupuk organik cair
3. Menjelaskan bagaimana peningkatan kualitas pupuk organik cair
yang dihasilkan jika urin sapi diproses melalui fermentasi
4. Menjelaskan bagaimana optimalisasi fermentasi urine sapi
dengan penambahan agent hayati untuk menghasilkan pupuk organik cair
yang berkualitas tinggi
Bahan dan Alat
1 Urine sapi 8,00 ltr
2 Tetes/molase 0,50 ltr
3 Air tebu 0,50 ltr
4 Dekomposer 0,25 ltr
5 Urea 10 butir
Bahan penunjang/pelengkap:
1 Trichoderma, Spp 100 ml
2 PGPR 100 ml
3 Verticillium 100 ml
4 Coryne bacterium 100 ml
Alat-alat :
1 Fermentor
2 Saringan
3 Corong
4 Gelas ukur
Cara Pembuatan :
1 Saring urine sapi (baik bila urine masih baru) dan masukan dalam fermentor
2 Masukan bahan no. 2, no. 3, no. 4 dan no, 5
3 Tutup rapat fermentor dan diamkan selama 7 hari
4 Selama fermentor ditutup, amati secara rutin, apabila
fermentor mengembang maka buka tutup dan setelah gas terbuang tutup
kembali.
5 Setelah 7 hari, masukkan bahan no. 7, no. 8, no. 9 dan no. 10
kemudian pasang aerator pada fermentor dan hubungkan dengan listrik
6 Aerator dinyalakan sampai bau menyengat (bau ureum) berkurang/hilang (kurang lebih 7 hari)
Aplikasi kocor:
1 Campur pupuk organik cair tersebut 250 cc/10 ltr air dan dikocorkan pada pangkal batang dengan ukuran 100 cc/batang
Aplikasi semprot :
1 Campur pupuk organik cair tersebut 250 cc/tangki dan semprotkan merata pada bagian daun dan batang tanaman
Cara penyimpanan :
1 Simpan pupuk organik cair tersebut pada tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Label:
Pupuk Tanaman
|
0
komentar
Pemanfaatan Trichoderma, sp Dengan Pembuatan Kompos (Trichokompos)
18.58 |
Diposting oleh
Unknown
Sesuai dengan konsep dasar penerapan PHT (Pengendalian hama Terpadu) antara lain adalah Budidaya Tanaman sehat, dengan penerapan budidaya tanam sehat seperti terpenuhi unsur hara bagi tanaman, disamping penggunaan varietas bersertifikat, bebas dari hama & penyakit serta sistem tanam baris arah timur barat yang dapat mengurangi kelembaban sekitar tanaman dan tanaman akan lebih tahan terhadap serangan hama & Penyakit.
Saat ini
telah ditemukan agen hayati yang diberi nama Trichoderma yang
kegunaannya dapat mencegah atau menjaga tanaman dari gangguan serangan
jamur penyakit yang ditularkan melalui tanah.
Manfaat Trichoderma antara lain :
1. Mencegah serangan penyakit tanaman yang ditularkan melalui tanah
2. Mempercepat proses pelapukan bahan organik seperti jerami, gulma, dll.
3. Menggemburkan/memperbaiki struktur tanah
4. Menguraikan unsur hara yang terikat dalam tanah
Dengan adanya manfaat dari penggunaan trichoderma maka akan berdampak pada :
1. Membantu ketersedian hara dalam tanah
2. Meningkatkan kualitas hasil
3. Meningkatkan produksi padi 1-2 ton/Ha
4. Biaya produksi lebih rendah dibanding menggunakan pupuk kimia/anorganik
5. Petani bisa menyediakan pupuk sendiri
6. Ramah lingkungan
Trichoderma ada 2 macam, yang berbentuk cairan
dapat disimpan dalam botol bekas air mineral/jerigen. Sedangkan bentuk
padat dengan media beras yang disimpan dalam kemasan plastik.
Cara pengaplikasian trichoderma dapat disemprotkan langsung ke lahan atau dapat juga untuk pembuatan kompos sehingga menjadi trichokompos.
Agar jerami yang berada disekitar
lahan sawah tidak terbuang sia-sia maka kelompok wanita tani “ Pelangi
Desa “ yang ada di Desa Babai Kecamatan Barabai berinisiatif untuk
mengumpulkan semua jerami yang ada disekitar tempat tinggal mereka,
untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan trichokompos. Hasil
dari pembuatan trichokompos tersebut nantinya akan dipergunakan untuk
media tanam pada lahan pekarangan masing-masing anggota serta kebun
bersama milik kelompok. Adapun tahapan pembuatan trichokompos adalah sebagai berikut :
A. Bahan-bahan :
- Jerami 15 kubik ( 1 Ha jerami )
- Pupuk kandang 15 karung
- Trichoderma padat 4 kg atau trichoderma cair 4 liter
- Air bersih
B. Alat yang diperlukan :
- Terpal, cangkul
- Ember, sprayer dan saringan
C. Cara pembuatan :
- Kumpulkan jerami ditepi lahan atau pematang sawah
- Jerami dibagi / disusun beberapa lapisan (jerami yang dicacah akan lebih cepat jadi)
- Taburi pupuk kandang kemudian disemprot / ditaburkan biakan trichoderma lalu diberi air secukupnya agar lembab
- Tutup lapisan jerami dengan menggunakan terpal selama proses kelembaban selalu dijaga dengan cara diberi air.
- Selama 12 hari tumpukan jerami dibalik, ditutup terpal lagi sekitar 20 hari trichokompos sudah jadi
- Trichokompos yang sudah jadi, siap ditaburkan dilahan sawah sebagai pupuk organik.
Label:
Pupuk Tanaman
|
0
komentar
Upaya Mengurangi Efek Negatif Pestisida
18.55 |
Diposting oleh
Unknown
1. Mengurangi residu
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan residu sebanyak 70 persen untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50 persen untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.
Selain pencucian, perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida pada sayuran.
Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita akan berbagai mineral dan vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini. Ada baiknya memang kalau kita tahu dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun.Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk. Selain itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida). Biopestisida tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat dan lalat hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang mengandung bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba, kunir, kucai, dll. Pestisida adalah bahan yang berbahaya tetapi akan aman bila digunakan sesuai dengan aturannya.
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada
sayuran, antara lain dengan mencucinya secara bersih dengan menggunakan
air yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan air
diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut
menempel kembali ke sayuran.
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan residu sebanyak 70 persen untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50 persen untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.
Selain pencucian, perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida pada sayuran.
Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita akan berbagai mineral dan vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini. Ada baiknya memang kalau kita tahu dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun.Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk. Selain itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida). Biopestisida tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat dan lalat hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang mengandung bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba, kunir, kucai, dll. Pestisida adalah bahan yang berbahaya tetapi akan aman bila digunakan sesuai dengan aturannya.
Label:
Pestisida
|
0
komentar
Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Pestisida Alami yang Ramah Lingkungan
18.54 |
Diposting oleh
Unknown
Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani dan pecinta tanaman
untuk mencegah tanamannya dari serangan hama, ternyata membawa dampak
negatif yang cukup besar bagi manusia dan lingkungan. Cukup tingginya
dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis, mendorong berbagai
usaha untuk menekuni pemberdayaan / pemanfaatan pestisida alami sebagai
alternatif pengganti pestisida sintesis.
Salah satu pestisida alami yang
dapat digunakan adalah ekstrak daun pepaya. Daun pepaya mengandung
bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama
penghisap. Estrak daun pepaya dapat digunakan sebagai pestisida alami
setelah dicampurkan dengan minyak tanah dan detergen. Pestisida alami
dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat
digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat
bulu serta berbagai jenis serangga.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belaakang Masalah
Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani dan pecinta tanaman
untuk mencegah tanamannya dari serangan hama, ternyata membawa dampak
negatif yang cukup besar bagi manusia dan lingkungan. Menurut WHO
(Organisasi Kesehatan Dunia) tercatat bahwa di seluruh dunia terjadi
keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang setiap tahunnya.
Dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis adalah meningkatnya
daya tahan hama terhadap pestisida (resistansi hama itu sendiri),
membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan
penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan keracunan bagi manusia
dan ekosistem di lingkungan menjadi tidak stabil / tidak seimbang.
Cukup tingginya dampak negatif
dari penggunaan pestisida sintetis, mendorong berbagai usaha untuk
menekuni pemberdayaan / pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif
pengganti pestisida sintesis. Salah satu pestisida alami yang dapat
digunakan adalah ekstrak daun pepaya. Selain ramah lingkungan, pestisida
alami merupakan pestisida yang relatif aman dalam penggunaannya dan
ekonomis. Untuk itu, penulis akan membahas mengenai pemanfaatan ekstrak
daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis angkat, yaitu:
1. Apa kandungan kimia dari daun pepaya (Carica papaya)?
2. Bagaimana cara pembuatan pestisida alami dari daun pepaya (Carica papaya)?
3. Apa manfaat ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat penulis ambil dari rumusan masalah tersebut adalah untuk mengetahui:
1. kandungan kimia dari daun pepaya (Carica papaya).
2. cara pembuatan pestisida alami dari daun pepaya (Carica papaya).
3. manfaat ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari artikel
ini adalah untuk menambah wawasan penulis khususnya dan masyarakat pada
umumnya mengenai pemanfaatan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan.
2. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang
digunakan oleh penulis adalah metode studi kepustakaan yang berarti
mencari sumber- sumber yang relevan terhadap judul yang penulis angkat
melalui buku-buku dan melalui internet.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kandungan Kimia Daun Pepaya (Carica papaya)
Daun pepaya (Carica papaya)
mengandung berbagai macam zat, antara lain : vitamin A 18250 SI ,
vitamin B1 0,15 mg, vitamin C 140 mg, kalori 79 kal, protein 8,0 gram,
lemak 2 gram, hidrat Arang 11,9 gram, kalsium 353 mg, fosfor 63 mg, besi
0,8 mg, air 75,4 gram , papayotin, kautsyuk, karpain, karposit, Daun
pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk
mengendalikan “ulat dan hama penghisap”
3.2 Cara Pembuatan Pestisida Alami dari Daun Pepaya (Carica papaya)
( ilustrasi cara pembuatan pestisida alami dari daun pepaya)
Adapun langkah- langkah pembuatan pestisida alami dari daun pepaya, yaitu:
1. Mengumpulkan kurang lebih 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar/ 1 ember besar).
2. Menumbuk daun pepaya hingga halus.
3. Hasil tumbukan/rajangan
direndam di dalam dalam 10 liter air kemudian ditambahkan 2 sendok makan
minyak tanah dan 30 gr detergen. Hasil campuran, didiamkan semalam.
4. Menyaring larutan hasil perendaman dengan kain halus. Dan menyemprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
3.3 Manfaat Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Pestisida Alami
Pestisida alami adalah suatu
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Adapun
beberapa keunggulan dari pestisida alami, antara lain:
- Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan).
- Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
- Dapat membunuh hama/ penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dsb.
- Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok, kotoran ayam
- Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk dijumpai bahkan tersedia bibit secara gratis (ekonomis).
- Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya.
Pestisida alami merupakan
pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat.
Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama
terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak
terdapat hama yang merusak tanaman). Pestisida
alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain:
dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil,
dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga.
4. PENUTUP
4. 1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil dan pembahasan tersebut, antara lain:
1. Daun pepaya (Carica papaya)
mengandung berbagai macam zat, antara lain : vitamin A 18250 SI ,
vitamin B1 0,15 mg, vitamin C 140 mg, kalori 79 kal, protein 8,0 gram,
lemak 2 gram, hidrat Arang 11,9 gram, kalsium 353 mg, fosfor 63 mg, besi
0,8 mg, air 75,4 gram , papayotin, kautsyuk, karpain, karposit, Daun
pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk
mengendalikan “ulat dan hama penghisap”
2. Adapun langkah- langkah pembuatan pestisida alami dari daun pepaya, yaitu: mengumpulkan
kurang lebih 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar/ 1 ember
besar), menumbuk daun pepaya hingga halus, hasil tumbukan/rajangan
direndam di dalam dalam 10 liter air kemudian ditambahkan 2 sendok makan
minyak tanah dan 30 gr detergen. Hasil campuran, didiamkan semalam,
menyaring larutan hasil perendaman dengan kain halus. Dan menyemprotkan
larutan hasil saringan ke tanaman.
3. Pestisida alami merupakan
pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat.
Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama
terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak
terdapat hama yang merusak tanaman). Pestisida alami dari ekstrak daun
pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk
mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta
berbagai jenis serangga.
4.2 Saran- Saran
Adapun saran- saran yang dapat penulis berikan, antara lain:
1. Sebaiknya para petani dan
pencinta tanaman menggunakan pestisida alami sebagai pengganti dari
pestisida sintesis yang digunakan agar keseimbangan lingkungan tetap
terjaga.
2. Jangan menggunakan pestisida alami jika tidak ada tanaman yang diserang oleh hama.
Label:
Pestisida
|
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)
Daftar Isi
- Bercocok Tanaman (14)
- Mesin Pertanian (1)
- Peralatan Pertanian (4)
- Pestisida (8)
- Pupuk Tanaman (6)
- Teknik Penyemprotan (1)
Blog Archive
-
▼
2012
(35)
-
▼
Agustus
(34)
- Membuat Pestisida alami dari daun tomat
- Cara Mudah Membuat Kompos
- 10 Jenis Buah dan Sayur yang Paling Tercemar Pesti...
- Mesin Pencacah Sampah Organik
- Pembuatan Kompos Dari Sampah Rumah Tangga
- Teknologi pembuatan bokasi secara praktis
- Cara Pembuatan 1 Ton Bokashi Pupuk Kandang
- Pupuk Organik Urine Sapi
- Pemanfaatan Trichoderma, sp Dengan Pembuatan Kompo...
- Upaya Mengurangi Efek Negatif Pestisida
- Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) se...
- Cara Membuat Pestisida Organik
- Apa Itu Pestisida ?
- Pestisida Nabati
- Jenis-Jenis Pestisida
- Alat Semprot Listrik
- Alat Penyemprot Hama / Pupuk Model Panggul
- Alat Semprot Alat Penyemprot Model Portable
- Alat Semprot Sprayer Model 425
- Budidaya Tanaman Jeruk
- 10 Tips agar penyemprotan tanaman lebih baik
- Budidaya Tanaman Pepaya
- Budidaya Tanaman Kedelai
- Budidaya Tanaman Kacang Tanah
- Budidaya Tanaman Mentimun
- Budidaya Tanaman Kembang Kol
- Budidaya Tanaman Semangka
- Budidaya Tanaman Kol(kubis)
- Budidaya Tanaman Bawang Merah
- Budidaya Tanaman Kakao
- Budidaya Tanaman Cabe Merah
- Budidaya Tanaman Melon
- Budidaya Tanaman Kacang Panjang
- Budidaya Tanaman Tomat
-
▼
Agustus
(34)